Mahasiswa SI UIB
Video Game sebagai Media Baru untuk Kesadaran dan Refleksi
12 jam lalu
Melalui narasi, karakter, dunia fiksi, dan mekanik permainan, game dapat menyampaikan pesan politik, ideologis, hingga kritik sosial yang halus
Video Game Sebagai Medium Ideologis
Video game bukan sekadar hiburan. Ia adalah produk budaya yang membawa nilai, ideologi, dan pandangan dunia dari para pembuatnya. Melalui narasi, karakter, dunia fiksi, dan mekanik permainan, game dapat menyampaikan pesan politik, ideologis, hingga kritik sosial yang halus, bahkan lebih efektif dibanding film atau literatur, karena melibatkan pemain secara aktif. Contohnya, game seperti Papers, Please (2013) mengajak pemain berperan sebagai petugas imigrasi di negara totaliter. Di balik gameplay yang sederhana, game ini menyoroti persoalan moralitas birokrasi, kemanusiaan, dan kekuasaan negara.
Sementara itu, Detroit: Become Human menyoroti isu rasisme dan hak asasi manusia melalui kisah android yang menuntut kebebasan. Dalam konteks politik dan ideologi, game bisa menjadi alat refleksi sosial, mengajak pemain mempertanyakan sistem yang ada, atau bahkan memicu empati terhadap kelompok yang termarginalkan. Namun di sisi lain, tidak sedikit pula game yang membawa pesan bias, propaganda, atau glorifikasi kekerasan dan perang, tergantung pada perspektif politik pengembangnya.
Isu Sosial dan Gerakan dalam Dunia Interaktif
Banyak game modern yang sengaja mengangkat isu sosial kontemporer: lingkungan, gender, diskriminasi, hingga ketimpangan ekonomi. Misalnya, Life is Strange mengangkat trauma remaja, perundungan, dan identitas diri; The Last of Us Part II menghadirkan dilema moral, kekerasan, serta representasi minoritas yang memicu perdebatan publik. Gerakan sosial seperti feminisme, hak LGBT, antikolonialisme, bahkan protes terhadap sistem kapitalisme global kini sering menjadi latar ideologis di game AAA maupun indie.
Dalam bentuk paling halus, isu-isu itu muncul lewat dialog, pilihan moral, atau konsekuensi naratif yang membuat pemain berpikir dua kali sebelum bertindak. Video game, dengan sifatnya yang interaktif, menjadi simulasi sosial yang mendorong empati dan kesadaran. Pemain tidak lagi sekadar penonton, tetapi partisipan dalam narasi yang menggugah nilai kemanusiaan.
Refleksi terhadap Nilai-Nilai Indonesia
Sebagai bangsa yang berlandaskan Pancasila dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, keadilan sosial, serta kesatuan bangsa, tidak semua pesan ideologis dalam game global selaras dengan konteks nilai-nilai Indonesia. Beberapa game membawa narasi kebebasan absolut yang kadang bertentangan dengan semangat gotong royong dan tanggung jawab sosial yang menjadi jati diri bangsa.
Ada pula representasi yang terlalu menonjolkan kekerasan, seksualitas, atau propaganda politik tertentu yang tidak sesuai dengan norma dan budaya Indonesia. Namun, bukan berarti game dengan muatan politik atau sosial harus dihindari seluruhnya. Justru, dengan kesadaran kritis, gamer Indonesia dapat menjadikan pengalaman bermain sebagai alat literasi digital dan sosial, belajar memahami berbagai perspektif dunia tanpa kehilangan jati diri kebangsaan. Yang penting adalah sikap selektif dan reflektif: memahami bahwa game bisa menjadi ruang ekspresi ideologi, tetapi nilai-nilai Pancasila tetap menjadi filter moral dalam menilai kontennya.
Keputusan yang dapat diambil sebagai Warga Negara dan Gamer
Sebagai warga negara Indonesia sekaligus gamer, saya melihat video game sebagai medium yang sangat potensial untuk pendidikan nilai dan empati, namun juga berisiko jika dimainkan tanpa kesadaran kritis. Game yang membawa isu politik, ideologi, atau sosial sebaiknya tidak langsung ditolak, tetapi dimainkan dengan kewaspadaan, memahami konteksnya, menimbang pesannya, dan berdialog dengan nilai-nilai yang kita anut.
Namun, bila sebuah game secara terang-terangan:
- Menyebarkan kebencian terhadap agama atau ras tertentu,
- Mengandung konten eksplisit yang bertentangan dengan etika bangsa,
- Atau mempropagandakan ideologi ekstrem yang mengancam keutuhan negara,
maka game tersebut layak untuk dihindari sepenuhnya.
Pada akhirnya, video game bukan hanya hiburan, melainkan cermin ideologi dan kesadaran sosial manusia modern. Tugas kita sebagai gamer Indonesia adalah bermain dengan nalar, bukan sekadar dengan jari, agar setiap pengalaman digital juga memperkaya kemanusiaan dan kebangsaan kita.

Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Baca Juga
Artikel Terpopuler